Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillahirabbilalamin.

Asyhadu an laa ilaaha illallah. Waasyhadu anna Muhammad ar-rasulullah.

Bahasa Arab mengajarkan pada kita, bahwa huruf alif lam yang mengawali susunan kalimat alhamdulillaahirabbilalaamin menunjukkan sejatinya segala pujian itu terhaturkan hanya kepada Allah yang Maha Menguasai semesta alam. Dari Al-Fatihah ayat 2, kita diajarkan bahwa akhlaq seorang mukmin adalah menjaga ketawadhukan. Allah yang menciptakan langit beserta binaannya dan bumi serta yang dihamparkannya. Allah pula yang Maha Memiliki pengetahuan tentangnya. Andaikan air laut menjadi tinta dan pohon menjadi pena kemudian ditambah tujuh kali lipatnya maka tetap tak akan cukup untuk menulis ilmu-Nya. Dari Luqman ayat 27, kita jadi tahu bahwa Islam itu lekat dengan tradisi ilmu.

Sholawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sang penutup para nabi yang lembut hati dan penutup para rasul yang memiliki akhlaq yang unggul. Masih jelas dalam ingatan kita, saat Jibril mendekap erat sang rasul terakhir. Kemudian memintanya menirukan 5 ayat pertama surah al-‘Alaq yang kita kenal sebagai wahyu pertama. Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu agungkanlah. Yang mengajarkan manusia dengan qolam (pena). Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sejak pertama Rasul menerima wahyu, kita jadi tahu bahwa Islam itu lekat dengan tradisi ilmu.

Mudah-mudahan hati kita selalu tertaut pada Allah dan mudah-mudahan kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaat Rasul di akhirat kelak.

16 tahun sudah IPLF mengorbit di kancah ilmu. Sejarah telah mencatat ada orang-orang hebat, kenangan, dan impian yang pernah membersamai organisasi ini. Kita akan membicarakan tentang masa depan. Namun rasanya malu saat membicarakan masa depan tanpa cukup ilmu. Mari kita  persilakan sejarah untuk menyingkapkan rekaman sepenggal episode saat Islam pernah berjaya dengan basis keilmuan.

Delapan puluh delapan tahun lamanya Al-Aqsa terjajah. Berbagai macam gerakan dibentuk dan usaha dicoba untuk pembebasan Al-Aqsa. Hingga perjuangan sampai di zaman Imadudin Zanki, raja yang berkuasa saat itu. Dan Al-Ghozali menjadi juru kampanye untuk pembebasan Yerussalem. Saat panggilan jihad dikumandangkan, hanya sedikit yang menyambut. Dari yang sedikit itu, motivasi membela Yerussalem hanya karena memiliki ikatan darah, punya ikatan wilayah, dan sebagainya. Tanpa mengecilkan Imadudin, betapapun perkasanya pasukan beliau tetap belum mampu mengambil alih Yerussalem. Ternyata motivasi yang bukan Lillah menjadikan pasukan ini belum memiliki kekuatan ruhiyah yang kuat.

Gerakan penyadaran pun mulai tumbuh. Imam Al-Ghozali sadar bahwa ada satu hal mendasar yang harus dikembalikan. Langkah pertama bukanlah untuk seruan berjihad membebaskan Palestina. Namun langkah pertama adalah bagaimana menghidupkan kembali ilmu agama di kalangan masyarakat. Sehingga lahirlah generasi yang mencintai Allah, mencintai jihad, dan mencintai syurga.  Akhirnya munculah Ihya Ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama) sebagai adikarya Al-Ghozali. Dan dari sinilah muncul generasi perubahan yang mengambil kekuatan dari langit dengan menyucikan jiwanya untuk membebaskan Palestina.

Gerakan ini bersambut dengan hadirnya Syaikh Abdul Qodir Jailani. Beliau membina umat lewat madrasah yang lurus ajarannya. Dalam madrasah ini ada seorang mursyid yang membina ruhani, ‘ilmi, tsaqofi, bahkan qiyadi. Sekilas rasanya tak ada hubungannya dengan pembebasan Yerussalem. Namun di sinilah jiwa-jiwa kepahlawanan itu dibangun. Hingga dari madrasah ini lahirlah orang-orang penting dalam rangkaian pembentukan generasi pembebas Palestin seperti Asaduddin Syirkuh dan Najmudin Al-Ayyubi.

Gerakan ketiga bersambut dari gelombang politik. Panglima Asaduddin Syirkuh diutus untuk pergi ke Mesir. Asaduddin inilah yang memaksa Yusuf (putra Najmudin) untuk ikut terjun. Yusuf yang di masa remaja adalah lelaki flamboyan yang tidak menyukai perang, menyukai bunga, romantis. Dan masa-masa selanjutnya, lelaki ini menjadi Panglima yang berhasil menaklukan Yerussalem dengan elegan dan tetap menghormati lawan. Seorang panglima yang sampai hari ini menjadi kebanggaan Mesir, Syiria, dan sebagainya.  Beliau lah yang kita kenal sebagai Sholahudin Al-Ayyubi.

Dari sejarah kita jadi tahu, bahwa sehebat apapun sebuah pasukan tetap tak akan mampu mencapai tujuan utama saat bahan bakar yang menggelorakan semangat adalah ambisi untuk sebuah kekuasaan, mencari ketenaran, membesarkan namanya, dan sebagainya.

Mengaca dari sejarah, kita jadi tahu bahwa seorang yang hebat tidak turun dari langit. Dia dibentuk dalam rangkaian pembinanaan yang benar-benar dipersiapkan, terarah, dan sistematis. Ada kerja-kerja dalam jama’ah di sana.

Dari sejarah kita jadi tahu, tangga pertama yang perlu kita tapaki adalah menghidupkan nilai-nilai Islam di jiwa para pejuang. Semangat beragama yang kuat dan tertanamnya nilai-nilai Islam inilah yang akan menyalakan gelora semangat. Semangat bening yang membuat kita mampu melihat visi bening (syurga) tanpa dikotori kepentingan fana.

Begitulah orang dahulu mencontohkan kepahlawannya. IPLF akan bergerak di atas raksasa sejarah Islam yang pernah berjaya. IPLF ini hanya setitik dari gerakan yang menginginkan Islam berjaya kembali tanpa terjatuh dalam romantisme kejayaan masa lalu. Dengan membawa visi “Mewujudkan Psikologi Islami sebagai rahmatan lil alamin”, IPLF adalah generasi yang dibentuk menjadi generasi sebagai pondasi gerak langkah anggotanya yang semakin kokoh.

Membangun tradisi keilmuan mengarahkan kita untuk belajar adab sebagai seorang pencari ilmu dan mengarahkan kita untuk mencintai ilmu. Ilmu adalah cahaya yang membuat kita dapat melihat dunia dan jalan lurusnya. Risalah islam yang dibawa Rasulullah merupakan risalah yang lengkap. Mulai dari ilmu tentang Allah hingga ilmu tentang tata cara makan. Psikologi Islam, merupakan bagian dari keuniversalitasan Islam.

Fiqh prioritas mengajarkan kita untuk membuat rencana dan perhitungan sebelum melaksanakannya. Dalam Ar-rasul wal ilm disebutkan bahwa Rasul merupakan orang pertama yang melakukan perhitungan statistik terhadap orang-orang yang beriman kepadanya setelah beliau berhijrah ke Madinah. Perencanaan, studi kelayakan, perhitungan merupakan etos kerja dalam Islam.

Ilmuwan terdahulu melakukan hal yang sama untuk menggali pengetahuan secara akurat. Perhitungan astronomi, perhitungan matematis trigonometri, kejelian mengungkap filsafat, kecanggihan alat kedokteran, merupakan hal-hal yang pernah dilakukan oleh Ibnu Kholdun, al-Battani, Ibnu Sina, dan sebagainya. Dari IPLF, kita akan memulai langkah kecil kita. Dari secuil uraian itu, lalu dibingkai dalam sebait kalimat yang menjadi grand design IPLF:

Mentradisikan ilmu dan mengilmui Psikologi Islam:

merajut benang tradisi ilmu, menjadikannya

rajutan permadani akhlaq dan adab

seorang muslim dalam bangunan peradaban Islam

Grand design IPLF lebih cenderung menjadi frame berfikir IPLF bahwa Islam pernah berjaya dengan ilmu dan IPLF adalah sebaris pasukan yang menginginkan kejayaan itu lagi. Penting rasanya membangun frame ini di tahap pertama kita sebagai dasar gerak selanjutnya, yaitu melanjutkan dan mengembangkan keilmuan Psikologi Islam.

Tomorrow’s Knowledge Foundation

Melihat IPLF sebagai suatu organisasi yang berproses, kita dapat membicarakannya dengan membaginya menjadi tiga periode yaitu sebelum tahun 2001, tahun kelahiran, dan perkembangannya hingga sekarang.

Sebelum tahun 2001 kajian Psikologi Islam sudah ada di Fakultas Psikologi UGM dengan adanya Jurnal Kalam. Jurnal ini diampu dan digerakkan oleh mahasiswa yang pada tahun 1980an diampu oleh Pak Fuad Nashori (penulis Agenda Psikologi Islam) dan beberapa nama turut serta menjadi kontributornya seperti Pak Sus Budiharto dan Pak Fauzil Adhim (Penulis Kupinang Engkau dengan Hamdalah). Jurnal ini terakhir kali terbit pada tahun 2007 dan beberapa edisinya masih ada di perpustakaan fakultas. Pak Fuad Nashori merupakan salah satu pendiri Yayasan Insan Kamil bersama Pak Bagus yang sekarang telah bertransformasi menjadi Asosisasi Psikologi Islam (API).

Berdirinya IPLF dimulai oleh “orang-orang pinggiran mushala Psikologi” yang sering mendiskusikan tentang psikologi dan Islam di teras mushala Psikologi. Diskusi tersebut  semakin serius dan membutuhkan pengelolaan yang besar. Setelah melewati beberapa proses maka muncullah IPLF di KMP tanggal 8 Desember 2001 sebagai wadah mahasiswa muslim yang ingin mengkaji psikologi dan Islam (Psikologi Islam). Jadilah IPLF sebagai Badan Semi Otonom (BSO) di bawah KMP bersama Nuansa. Urain diatas memperlihatkan bahwa ada keterkaitan antara Jurnal Kalam, API dengan kemunculan IPLF di UGM.

IPLF didirikan setidaknya mempunyai tiga alasan. Pertama, tantangan dari International Institute of Islamic Thought Indonesia (IIIT-I) untuk membuat program pengembangan Psikologi Islam melalui kegiatan akademis yang terstruktur semisal short course. Kedua KMP dalam sejarahnya merupakan salah satu inisiator lahirnya forum pengkajian Psikologi Islam yang bernama FOSIMAMUPSI (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Psikologi) yang sekarang berubah nama menjadi IMAMUPSI (Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi). Ketiga, adanya peluang untuk mengembangkan produk profesi Psikologi dalam bidang keilmuan Psikologi.

VISI

Mewujudkan Psikologi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

MISI

Menjadi Pusat Studi Psikologi Islam.

Hubungi Kami

Whether you’re looking for answers, would like to solve a problem, or just want to let us know how we did, you’ll find many ways to contact us right here.